Tim Cek Fakta Liputan6.com mencoba menelusuri kebenaran dari tulisan yang diunggah Deka Embun. Dan ternyata, informasi yang dibagikan tersebut tidak benar.
Liputan6.com sudah menulis soal benar atau tidaknya jika jinjit bisa menyebuhkan kelumpuhan. Artikel itu diunggah pada 4 Desember 2018 lalu dengan judul Berjinjit Sembuhkan Kelumpuhan Akibat Stroke? Ini Tanggapan Ahli.
"Muncul sebuah pesan berantai mengenai seseorang yang sembuh dari kelumpuhan akibat stroke. Dalam pesan tersebut disebutkan orang itu sembuh dari stroke karena rajin menjalani terapi sederhana, yakni berjinjit.
Isi dari pesan yang diterima tim Health Liputan6.com pada Senin, 3 Desember 2018, berjinjit atau berdiri tegak dan angkat kedua tumit secara bersamaan, kemudian tahan semampunya, dan dilakukan minimal 50 kali dalam sehari, bikin sang pasien terlepas dari kelumpuhan. Jantung pun disebut-sebut bisa kembali sehat.
Dokter Spesialis Bedah Saraf Rumah Sakit Mayapada Tangerang, Roslan Yusni Hasan, yang ditanya soal kebenaran ini menjawab, "Ya, enggak-lah."
Menurut Roslan, belum ada dasar penelitian yang mengaitkan kegiatan berjinjit dan kondisi pasien stroke jadi membaik.
Di pesan itu disebutkan juga bahwa paha orang yang berjinjit lebih keras daripada orang yang berolahraga.
"Sekarang banyak orang kurang berolahraga, lebih banyak duduk daripada berdiri, apalagi berjalan atau berlari," tulis pesan tersebut.
Menanggapi pernyataan itu, Roslan mengatakan, ada benarnya bahwa orang yang sekadar rajin berdiri setelah duduk lama jauh lebih baik daripada tidak bergerak sama sekali.
"Kalau itu (berjinjit) dianggap 'olahraga', okelah. Akan tetapi, olahraga beneran sekalipun tidak bisa menyembuhkan stroke. Olahraga juga tidak bisa menyembuhkan sakit jantung," kata Roslan.
Menurut dia, olahraga hanya salah satu faktor yang membuat metabolisme seseorang jadi bagus dan memperkecil risiko sakit.
Memperkecil risiko sakit pun tidak cukup dengan olahraga. Asupan makanan sehari-hari harus diperhatikan, istirahat dipastikan harus cukup, dan faktor-faktor lain seperti genetik, usia, dan jenis kelamin ikut memengaruhi.
"Bahwa kemudian olahraga itu menyehatkan, iya. Tapi yang bagaimana dulu?" kata dia.
Untuk mencegah dari stroke dan sakit jantung, Roslan lebih menyarankan melakukan olahraga santai, bukan olahraga prestasi. Santai yang diartikan, bisa istirahat dulu jika capai melanda.
"Olahraga balap-balapan itu tidak sehat. Lari cepat itu juga enggak sehat. Ndak ada pelari cepat yang panjang umur, enggak ada," ujarnya."
Selain itu, website Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) www.kominfo.go.id juga mengunggah soal ketidakbenaran informasi tersebut dalam artikel yang berjudul [HOAKS] Berjinjit Bisa Menyembuhkan Stroke.
"Penjelasan :
Beberapa waktu lalu, viral cerita mengenai seorang pria yang sembuh dari stroke hanya dengan melakukan terapi jinjit selama 50 kali dalam sehari. Menurut ahli bedah saraf, dr Roslan Yusni Hasan SpBS, jinjit tidak bisa menyembuhkan stroke. Stroke tidak akan bisa sembuh dengan jinjit-jinjit kaki. Bahkan, meskipun penderita stroke rajin berolahraga, hal ini tidak akan menyembuhkan penyakitnya. Olahraga hanya akan mencegah datangnya penyakit ini. Memperkecil risiko sakit pun tidak cukup dengan olahraga. Asupan makanan sehari-hari harus diperhatikan, istirahat dipastikan harus cukup, dan faktor-faktor lain seperti genetik, usia, dan jenis kelamin ikut memengaruhi.
Counter :
https://ift.tt/2SWNtgO
https://ift.tt/2PSrfiI
https://ift.tt/2SSNP87"
from Berita Hari Ini Terbaru Terkini - Kabar Harian Indonesia | Liputan6.com https://ift.tt/2CkhSjm
No comments:
Post a Comment