Ketua Program Studi Vokasi UI tersebut menjelaskan promosi dan sosialisasi yang kurang maksimal dari Pemerintah Daerah (Pemda) membuat kurang antusiasnya masyarakat dalam menyambut Asian Para Games.
"Kita berkaca pada Tokyo, Jepang, di sana gubernur dan jajarannya sangat gencar melakukan sosialisasi Olimpiade. Harusnya kita seperti itu, mengingat masyarakat kita belum terbiasa dengan acara seperti ini, dimana ada atlet difabel dapat menorehkan prestasi yang membanggakan," katanya.
Lebih lanjut, Devie mengatakan masyarakat Indonesia belum bisa mengelola perasaan psikologis ketika melihat disabilitas. Ada perasaan terharu dan sedih sehingga mereka kurang berminat untuk menyaksikan pertandingan.
"Berdasarkan studi kecil-kecilan yang kami lakukan, seorang penonton Asian Para Games mengaku bingung harus bereaksi bagaimana ketika Indonesia meraih juara, mengingat atlet negara lain telah berusaha keras juga. Padahal, para atlet itu ingin diperlakukan biasa saja," ujar Devie.
Devie berharap ke depan sosialisasi lebih gencar dapat dilakukan oleh Pemda, seperti memerintahkan semua murid sekolah untuk memindahkan kelas ke venue pertandingan sebagai ajang belajar empati, nasionalisme, dan konsep disabilitas.
Sebelumnya, diskualifikasi atlet judo tuna netra Miftahul Jannah karena enggan melepas jilbabnya pada saat pertandingan. Miftahul didiskualifikasi karena dianggap membahayakan dirinya ketika bertanding jika tetap mengenakan jilbab. (Ant)
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment