Pages

Tuesday, May 7, 2019

Operator Norwegia Telenor dan Axiata Bakal Merger

Liputan6.com, Jakarta - Operator telekomunikasi grup Axiata asal Malaysia, induk usaha PT XL Axiata Tbk dan Telenor, operator Norwegia menyatakan sedang dalam pembicaraan untuk merger atau menggabungkan operasi di Asia.

Ini untuk menciptakan penyatuan di sembilan negara sehingga mampu menantang pemimpin di wilayah regional Singapore telecommunications di tengah meningkatnya kebutuhan investasi untuk infrastruktur di masa mendatang.

Kedua perseroan mengumumkan akan membentuk entitas baru dengan 56,5 persen saham dikendalikan oleh Telenor, perusahaan milik Norwegia dan sisanya oleh Axiata Malaysia. Perseroan memperkirakan perusahaan baru akan mendatangkan pendapatan sekitar 50 miliar ringgit (USD 12 miliar) dan laba bersih 4 miliar ringgit.

Kinerja tersebut akan mendekati pendapatan Singtel sebesar 17,5 miliar dolar Singapura (USD 12,8 miliar) dan laba bersih 5,45 miliar dolar Singapura pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2019. Singtel pemain terbesar di Singapura memiliki saham di perusahaan telekomunikasi di Thailand, Filipina, Indonesia dan India.

"Jika Anda ingin berada di masa depan, Anda harus memiliki skala untuk dapat bersaing dengan skala universal. Entitas penggabungan ini akan menjadi salah satu yang terbesar di kawasan ini dan memberikan kami skala untuk terus mengembangkan bisnis. Di Asia Tenggara, kami akan menjadi terbesar, menyalip Singtel dan pemain regional lainnya," ujar CEO Telenor Sigve Brekke, seperti dikutip dari laman Nikkei, Selasa (7/5/2019).

Axiata yang dimiliki 37 persen oleh perusahaan negara Malaysia Khazanah mengoperasikan layanan seluler di Malaysia, Indonesia, Sri Lanka, Bangladesh, Kamboja dan Nepal.

Sedangkan Telenor melayani di Thailand, Malaysia, Myanmar, Bangladesh, dan Pakistan. Adapun pendapatan perseroan 53 persen berasal dari pasar Asia.

Perseroan klaim entitas baru akan menjadi operator telekomunikasi di enam dari sembilan pasar.

Perusahaan mencatat salah satu alasan utama merger seiring meningkatkan pengeluaran modal untuk jaringan dan teknologi baru seperti layanan G5. Perseroan menyatakan dengan merger akan hasilkan sinergi biaya USD 5 miliar melalui konsolidasi aset dan skala ekonomi.

Pasar Asia semakin kompetitif. Di Thailand, Telenor beroperasi melalui Dtac atau Total Access Communication, mengalami jumlah pelanggan turun menjadi 20,7 juta pelanggan pada kuartal I 2019. Angka ini turun lima persen dari tahun lalu.

Para analis menilai, penurunan itu karena persaingan ketat di pasar dengan afiliasi Singlte Advanced Info Services tetap menjadi pemain terbesar dan True Corp kedua.

Bahkan di pasar relatif baru Myanmar, bisnis Telenor hadapi tantangan. Sekitar 18 juta pelanggan pada kuartal I 2019 susut tiga persen dibandingkan periode sama tahun lalu.

Perseroan juga hadapi tekanan harga dari perusahaan patungan Vietnam yaitu Viettel dan perusahaan lokal memasuki pasar Myanmar.

Adapun Telenor keluar dari India pada 2017 setelah menjual bisnis lokalnya ke operator terkemuka Bharti Airtel. Ini menyusul persaingan sengit dari layanan seluler Jio dari Reliance Industries yang diluncurkan pada 2016.

Hal itu mengguncang perusahaan telekomunikasi India. Jio menyerbu layanan broadband generasi keempat dengan perluas panggilan suaran dan data gratis dengan harga jauh lebih rendah.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia dan Dunia - Liputan6.com http://bit.ly/3044o5e

No comments:

Post a Comment