Liputan6.com, Pittsburgh - Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang 'licik', sebab mereka dapat bersembunyi di sel imun manusia yang memakai obat terapi antiretroviral (ART) setiap hari, menunggu sampai inangnya menghentikan terapi tersebut untuk kemudian menyerang kembali.
Ulah virus ini memaksa penderitanya untuk melanjutkan ART dan terus berurusan dengan banyak efek sampingnya sepanjang hidup mereka.
Tetapi sekarang, para peneliti dari University of Pittsburgh (Pennsylvania) telah mengembangkan imunoterapi HIV yang tidak hanya menghilangkan virus dari tempat persembunyiannya, tetapi juga membunuhnya secara permanen --langkah pertama pada vaksin HIV. Namun, cara baru ini belum diuji pada manusia meski hasil awalnya diklaim menjanjikan.
"Ini seperti pisau imunoterapi Swiss Army," kata peneliti Robbie Mailliard dalam siaran pers, yang dilansir dari Science Alert, Minggu (7/4/2019).
ART biasanya mengendalikan infeksi HIV dengan sangat baik, sehingga virus tersebut sebenarnya tidak terdeteksi dalam darah dan tidak dapat dengan mudah menginfeksi orang lain.
Tetapi jika penderita berhenti minum obat harian mereka, maka virus dapat 'mengamuk' kembali dan berubah menjadi AIDS.
Hal ini dikarenakan HIV masuk ke dalam "laten", fase tidak aktif di mana virus memasukkan dirinya ke dalam DNA sel-sel kekebalan tubuh yang disebut "sel-sel pembantu T" dan bersembunyi ketika seseorang mengonsumsi ART.
Mailliard dan timnya memutuskan untuk melihat virus lain yang juga laten dan menginfeksi lebih dari setengah orang dewasa --95 persen dari mereka dengan HIV: Cytomegalovirus (CMV).
"Sistem imun tubuh menghabiskan banyak waktu menjaga CMV dalam kendalinya. Pada beberapa orang, satu dari setiap lima sel T, adalah spesifik untuk satu virus itu," ungkap Charles Rinaldo, Ph.D., profesor dan ketua Departemen Penyakit Menular dan Mikrobiologi Kesehatan University of Pittsburgh.
"Itu membuat kami berpikir, mungkin sel-sel yang khusus untuk memerangi CMV juga merupakan bagian besar dari reservoir HIV laten. Jadi kami merancang imunoterapi kami untuk tidak hanya menargetkan HIV, tetapi juga mengaktifkan sel-sel T pembantu (T helper) yang spesifik CMV," lanjutnya.
Untuk menjalankan percobaan, tim membutuhkan darah dari orang yang terinveksi HIV namun rutin meminum ART. Hampir dua lusin peserta mengikuti tes dari Pitt Men's Study dari Multicenter AIDS Cohort Study (MACS), sebuah studi penelitian tentang sejarah alami HIV/AIDS yang diobati dan tidak diobati pada pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis.
"Kami harus mengumpulkan banyak darah untuk menemukan sel T yang terinfeksi HIV secara laten pada orang yang memakai ART. Jadi para relawan akan duduk selama empat jam, terhubung ke mesin yang memproses darah mereka, dan kembali beberapa kali untuk memberikan lebih banyak sampel darah," kata Jan Kristoff, M.S., seorang calon doktoral di Pittsburh Public Health.
Saksikan video pilihan berikut ini:
No comments:
Post a Comment